Menu

  • MUSIC

Kamis, 17 Maret 2011

Power Slaves Bernostalgia di Kampung Halaman

Power Slaves - Grup musik asal Semarang, Power Slaves yang pernah
berjaya era 1990-an mencoba bernostalgia menyapa para penggemarnya
di kampung halaman, dalam konser di Liquid Cafe Semarang,
Sabtu.
Penampilan grup musik yang diawaki oleh Heidy Ibrahim (vokal),
Anwar Fatahillah (bass), dan Acho Jibrani (gitar) itu sepertinya
sangat dinanti terlihat dari ratusan penonton yang rela dan
antusias menunggu band kesayangannya itu tampil.
Power Slaves memang telah lama vakum setelah meluncurkan album
kelima "Gak Bisa Mati" pada 2004 sehingga penampilannya itu
seolah-olah menjadi ajang kangen-kangenan dengan kota yang telah
membesarkan namanya.
Sesuai dengan nuansa nostalgia dengan kota asalnya, Power Slaves
langsung meluncurkan tembang bertajuk "Semarang" untuk mengawali
penampilannya kali itu, disusul dengan tembang bertajuk "Sisa" dan
"Matahari".
Heidy, sang vokalis dengan suara khasnya yang melengking ternyata
tak kehilangan pesonanya meski lama tak tampil, dan masih sanggup
mengoyak adrenalin penonton dengan tembang beraroma rock klasik
yang teramat kental.
Tak mau kalah, Acho tampil atraktif dengan memamerkan kebolehannya
memoles gitar menghasilkan melodi melengking-lengking nan menyayat
khas band rock lawas, dipadu betotan bass Anwar yang terlihat
tampil lebih kalem.
Beberapa penonton terlihat merangsek ke depan panggung untuk bisa
menyaksikan penampilan band bentukan 1991 itu lebih dekat dan Heidy
menyambutnya dengan hangat seraya melontarkan prolog sebelum
bernyanyi.
"Terima kasih atas kesetiaannya selama ini pada Power Slaves.
Terima kasih Semarang, ayo semangat," kata sang vokalis yang
membuat semakin banyak penonton maju ke depan panggung, bahkan ada
penonton yang membentangkan spanduk.
Tiga personil Power Slaves yang berpenampilan sangar dengan rambut
gondrong, dibantu beberapa pemain `additional` tak sanggup meredam
antusiasme penonton menyaksikan aksi band kesayangannya menyanyikan
lagu-lagu andalannya.
"Jangan Kau Mati", tembang teranyar Power Slaves dihadirkan dengan
nuansa melankolis, disusul dengan serentetan tembang lawas berjudul
"Andaikata", "Insiden Mie", dan "Find Our Love" yang disambut
penonton dengan tepuk tangan meriah.
Antusiasme penonton semakin memuncak ketika band yang tengah
merilis album baru itu menyanyikan tembang berjudul "Malam Ini"
yang pernah sangat populer dan menyambutnya dengan tepuk tangan dan
sorak-sorai.
"Bagaimanapun juga, kami tak mungkin melupakan Kota Semarang,
karena kami besar dari kota ini. Semarang adalah kota asal kami,"
kata Heidy, seraya mengaku mereka tengah merilis mini album
perpaduan tembang lawas dan anyar.
Power Slaves tampil menyanyikan sekitar 13 lagu, termasuk "Amoral",
"Father `n Son", "Impian", dan mengakhiri penampilannya selama
sekitar 1,5 jam itu dengan menyuguhkan satu tembang pamungkas
berjudul "Metal Kecil"

ingin tau lebih dalam tentang band powerslaves kunjungi www.keretarocknroll.com

vd janu setyawan is back: vd janu setyawan is back: Lagu Kok Di Eja.....By Powerslaves

vd janu setyawan is back: vd janu setyawan is back: Lagu Kok Di Eja.....By Powerslaves

vd janu setyawan is back: Lagu Kok Di Eja.....By Powerslaves

vd janu setyawan is back: Lagu Kok Di Eja.....By Powerslaves

Lagu Kok Di Eja.....By Powerslaves

Jakarta - Band yang ngetop di tahun 90-an, Powerslaves kembali meramaikan blantika musik indonesia lagi dikarenakan Fans-fans fanatik mereka masih setia dengan Band Rock n Roll ini. Mereka pun bicara tentang iklim band zaman sekarang.

Belakangan musik Indonesia dihujani band-band pendatang baru. Tak dipungkiri 70% dari mereka mengusung aliran musik Melayu juga membawakan lagu cinta mendayu-dayu mirip orang nangis....hahahahahaiiiii. Hal tersebut menjadi pembahasan menarik bagi pelaku musik lawas.

"Lagu kok dieja. Kita sudah dininabobokan dengan sesuatu yang absurb. Sampai nggak tahu harus apa dengan lagu ini. Sekarang semua band nadanya sama, intonasinya sama, range-nya sama. Sampai fals-nya sama," ujar Heydi Ibrahim sang vokalis ketika menyambangi studio Detikhot, Jl Warung Jati Barat, Jakarta Selatan..

Kerap kali Anwar Fatahillah sang bassis Powerslaves juga melihat band-band baru dengan peralatan super canggih. Namun dengan peralatan maksimal tersebut, ternyata si pemain justru hanya memainkan nada-nada standar. Kebanyakan anak band baru bergaya rock n roll tanpa paham benar apa itu makna dan soul rock n roll.

Bagi Powerslaves rock n roll adalah sebuah sikap. Hanya dengan menenteng gitar akustik dan bermodal suara, jika Anda sudah bisa bernyanyi dengan benar, rock n roll akan tumbuh sendirinya tanpa harus banyak gaya.Karene rock n roll itu berada di jiwa bukan dialat musik.

"Kadang mereka belum paham sama apa (alat) yang dia mainin. Mereka belum tahu apa itu rock n roll tapi bergaya seperti itu," tutur Anwar.

"Kalau saya pribadi. You can play music tanpa atribut seabreg. Tanpa sepatu Anda bisa main baik dan benar. Saya curiga apa ini main rock n roll ala bu guru sehingga dieja," tandas Heidi.

Band yang pernah mempopulerkan lagu 'Malam Ini' itu akhirnya menyikapi bermunculannya band-band baru dan musik Melayu sebagai proses. Bagi mereka, fase tersebut mungkin memang harus dialami musik Indonesia.

"Saya antara gemes dan berusaha untuk mengerti semua. Cuma ya kadang suka berkecamuk," jelas Heydi.

Setelah lima tahun tanpa karya baru, kini Powerslaves mencoba bangkit kembali. Mereka merilis mini album bertajuk 'Jangan Kau Mati' dengan single berjudul serupa.Salam kereta rock n roll. (Janu)

Tetap update informasi di manapun dengan www.keretarocknroll.com

Selasa, 15 Maret 2011

Sejarah Powerslaves Berdiri


Kapan Berdiri ?
Cikal bakal Powerslaves adalah band festival kampus di Semarang yang digawangi Anwar Fatahillah Dan Randy pada tahun 1990. Kemudian masuklah widi sebagai Drummer dan Heydi Ibrahim sebagai  vocalis yang saat itu baru pulang dari negeri  Belanda.
Perjalanan berikutnya Powerslaves dengan formasi Anwar Fatahillah, Randy, Heydi Ibrahim, Widi, Bambang Kolem mencari keyboardist untuk mengikuti festival-festival  diantaranya Yamaha Music hingga masuklah wiwik sudarno sebagai Keyboardist yang juga merupakan adik dari Widi sang drummer.
Mulai Rekaman
Pada Tahun 1992 Powerslaves mengikuti Festival Yamaha music quest dan mulai menuai prestasi dengan masuk ke final, dengan lagu Find Our Love again, disisi lain Randy sang gitarist hengkang dan di gantikan Andry Franzzy dari Jogjakarta, sejak saat itu mulai terbuka kesempatan untuk rekaman, hingga memutuskan hijrah ke Jakarta tahun 1993.
Metal Kecil
Setelah hijrah ke Jakarta Bambang Kolem hengkang hingga formasi Powerslaves adalah Anwar fatahillah (Bas), Heydi Ibrahim (Vocal), Widi (Drum), Wiwik (Keyboard) dan Andry Franzzy (Gitar), Formasi  ini yang kemudian masuk ke dapur rekaman hingga rilis album pertama tahun 1994. Album metal kecil dengan hits lagu IMPIAN, dan beberapa lagu yang hingga saat ini menjadi legenda bagi slavers seperti  Metal Kecil dan Find Our love again.
Metal Kartun
Pada Tahun 1996 Powerslaves merilis album ke 2 Metal kartun yang berisi lagu- lagu antara lain Sisa, Metal Kartun, Untuk Apa, Wayang Wong, Insiden Mie dan lain-lain, namun mulai timbul perpecahan ditandai dengan hengkangnya Wiwik Sudarno pada tahun itu juga disusul Widi, sebagai pengganti pada posisi drum masuk lah Fafa Ahmad.
Kereta Rock N Roll
Pada Tahun 1998 Powerslaves merilis album ke 3 Kereta Rock n roll, dengan beberapa lagu hit antara kereta rock n roll, ke rock an, dll, formasi pada album ini Anwar Fatahillah (Bass), Heydi Ibrahim ( Vocal ), Andry Franzzy (Gitar), Fafa Ahmad ( Drum ) dan Edot ( additional Keyboard ).
Powerslaves 2001
Setelah album ke 3 Powerslaves menjalani tour panjang, diantaranya Pesta Damai Rame-Rame  bersama Slank Dan Rif, hingga pada  tahun 2001 di rilis album ke 4 Powerslaves dengan lagu antara lain Matahari, Father n son, Jika kau Mengerti, dan lain-lain. pada album ini formasi Powerslaves Anwar Fatahillah (bass), Heydi Ibrahim (Vocal), Andry Franzzy (Gitar) dan Edot (Keyboard), Fafa Ahmad mengundurkan diri dan diisi oleh drummer Additional antara lain Rere dan Agung yudha.
Gak Bakal Mati
Tahun 2002 dan 2003 rasa lelah dan kejenuhan menjalani tour Panjang serta berbagai permasalahan yang timbul Andry Franzzy Hengkang dari Powerslaves disusul Heydi Ibrahim yang kembali menekuni Seni lukis, Anwar Fatahillah meneruskan bendera Powerslaves dan rilis album ke 5 Gak Bakal mati pd tahun 2004 dgn formasi Njet Flowers (Vocal), Anwar Fatahillah (Bass), DD Crow (Gitar) dan Agung Yudha (Drum), hit nya antara lain Batere, Gak Bakal Mati.
Rentang waktu 2005 sd 2008 selama tour Powerslaves dibantu Acho Jibrani sebagai additonal Gitar yg kemudian menjadi Personil Tetap, hubungan dekat antara Anwar fatahillah dan Heydi Ibrahim dan komunikasi yang terus berjalan akhirnya membuahkan ide membuat album solo Heydi Ibrahim, pertemuan Anwar, Acho Jibrani dan Heydi Ibrahim yangg akhirnya mengembalikan Heydi Ibrahim utk PULANG ke rumah nya POWERSLAVES tahun 2008.
Jangan  Kau  Mati
Pada tahun 2010 Powerslaves mempersiapkan album ke 6, pada saat itulah terjadi pertemuan antara slavers  militan dan personil  Powerslaves yang  kemudian timbul ide untuk membentuk sebuah management atau badan yg kemudian diberi nama KERETA ROCK N ROLL dan resmi berdiri pada bulan Oktober 2010. Pada tanggal 11 Desember 2010 Powerslaves merilis album ke 6 Jangan kau Mati, dan pada persiapan acara launching terjadi pertemuan dengan wiwik sudarno dan membuatnya PULANG kembali ke Powerslaves. Pada saat ini Formasi Powerslaves : Heydi Ibrahim, Anwar Fatahillah( Bass), Acho Jibrani ( Gitar ),dan Wiwik Sudarno (Keyboard )

kunjungi website di www.keretarocknroll.com
salam untuk para salavers militan.
dan salam hormatku untuk kepala masinis mas indra budi.

Senin, 14 Maret 2011

Ini Alasan Heydi Comeback ke Powerslaves

JAKARTA- Heydi Ibrahim akhirnya kembali ke grup band asal Semarang yang didirikannya tahun 1991 lalu. Tahun 2003 lalu dia keluar dan digantikan Njet, vokalis Flowers. Apa alasan di balik kembalinya Heydi?

Heydi mengaku keluar dari Powerslaves karena belum selesainya dia menjawab dua bakat yang dimilikinya dari Tuhan, yaitu seni rupa dan seni suara. “Harus dijawab dulu, di satu sisi ingin melukis, di sisi lain ingin menyanyi,” aku Heydi saat berbincang dengan okezone, Selasa (15/12/2010).

Karena Heydi tidak bisa menyambi kedua bakatnya sekaligus. Jika dia sebagai pegawai tetap, akan terjadi benturan jika ada tur 12 hari untuk Powerslaves, sementara cuti kantor hanya 12 hari.

In the end (polemik) ini harus segera berakhir,” kata Heydi.

Akhirnya Heydi memilih seni suara dengan freelance sebagai ilustrator salah satu media tabloid, guna menyalurkan bakatnya yang lain. Tahun 2008 pun Heydi kembali bergabung dengan Anwar (bass), Acho (gitar), dan dua personel cabutan Firdy (drummer), dan Robby (gitar).

Selain itu, Heydi berminat kembali ke Powerslaves karena band ini telah memiliki management sendiri dan tidak berada di bawah management label. Menurutnya, label sudah terlalu banyak yang diurus, sehingga seringkali banyak hal terbengkalai.

Karenanya, Powerslaves membentuk management sendiri yang dibentuk fans mereka, Slavers. Management ini diberi nama Kereta Rock n Roll, sesuai dengan nama album ketiga mereka. Management ini dibentuk Oktober lalu dan berhasil merangkul kembali fans mereka yang sempat tertidur selama enam tahun.

Dalam album keenamnya, Powerslaves hanya bersinergi dalam pembuatan dan penjualan CD album mereka. Sedangkan untuk konser, tetap diatur management. Hal inilah yang membuat Heydi nyaman dan ingin bermusik kembali.

Powerslaves Kembalikan Kejayaan Musik Rock RI Sebuah single bertajuk "Jangan Kau Mati" pun diusung sebagai pelepas rindu.

Hampir enam tahun vakum, grup musik asal Semarang, Powerslaves kembali menggebrak panggung musik Indonesia. Sebuah single bertajuk "Jangan Kau Mati" pun diusung sebagai pelepas rindu dengan penggemar lama dan baru.

"Kembalinya Powerslaves bukan karena kami tergoda melihat band-band baru yang meraih popularitas, tetapi sebagai bentuk kerinduan kami dalam bermusik," kata Heidy, vokalis Powerslaves ketika ditemui VIVAnews di Studio ARCI, Menteng, Kamis 22 Juli 2010.

Sejak melepas album kelima, Gak Bisa Mati tahun 2004, personel Powerslaves memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Heidy sendiri bekerja pada sebuah majalah anak-anak. "Suatu ketika muncul keinginan di hati saya untuk nge-band lagi. Ternyata keinginan itu menjadi doa," ujarnya.

"Tiba-tiba Anwar (pemain bass) dan Acho (gitar) menghubungi saya. Dari situlah kemudian kami kembali nge-band dan menghidupkan Powerslaves," tambahnya.

Sedangkan Anwar mengakui, buat mereka bisa kumpul lagi dan main musik sudah senang. "Ketika akhirnya kami bergabung dengan Irgo Ramayana Records untuk merilis album lagi, maka ini adalah rejeki," kata dia.

Setelah single "Jangan Kau Mati" diluncurkan, mereka pun bersiap melepas mini album berisi empat lagu, perpaduan dari dua lagu lama dan dua lagu baru, yaitu My Girl, Jangan Kau Mati, Malam Ini, dan Andai Kata.

Hampir semua lagu Powerslaves diangkat dari kisah nyata. "Lagu Jangan Kau Mati itu pengalaman sejati saya. Waktu itu, istri saya sakit keras. Saya sedih dan takut kehilangan dia. Dari situlah muncul ide Jangan Kau Mati," papar Acho.

"Ya, cinta sejati seorang lelaki terhadap istrinya," timpal Anwar.

Sementara itu, untuk rencana show sudah dirancang. Menurut Acho, Agustus nanti mereka akan show di beberapa kota di Jawa, seperti Yogya, Solo, Purwokerto dan Semarang. "Setelah Lebaran, show kami lanjutkan di beberapa daerah," ujarnya.

Powerslaves kali pertama terbentuk tahun 1991 di Semarang, Jawa Tengah. Band yang mengusung musik rock 'n roll dan blues ini, diawaki oleh Heidy (vokal), Kolem (gitar), Randy (gitar), Vidi (drum) dan Wiwik (keyboard). Lalu, personel berganti. Masuk Anwar Fatahillah (bass) dan Acho Jibrani (gitar).

Kini, Powerslaves bersisa tiga personel lama, yaitu Heidy, Anwar dan Acho. Namun, untuk kebutuhan rekaman dan manggung, mereka dibantu tiga additional player, yaitu  Virdy (drum) Robby (gitar) dan Franky (keyboard).

Meski telah lama vakum, namun penggemar mereka tetap setia. Bahkan, Powersslaves pun mempunyai penggemar-penggemar baru.
"Terbukti, ketika kami manggung di Solo dan Yogya beberapa waktu lalu, penonton kami bukan hanya penggemar yang dulu, tetapi juga anak-anak remaja. Bahkan, yang membuat kami kaget, banyak remaja yang bisa menyanyikan lagu kami secara utuh. Intinya, kita kembalikan musik rock yang dulu sempat berjaya," tutur Heidy.

Ternyata, tambahnya, para remaja itu tahu Powerslaves dan lagu-lagu Powerslaves dari orangtua mereka. "Ya, mereka tahu lagu kami dari orangtua dan om mereka. Itu yang membuat kami makin antusias untuk kembali ke dunia musik bersama Powerslaves," kata Anwar........mantapppp....

Beberapa karateristik METAL

#Metalcore adalah gabungan dari aliran Hardcore Punk dengan Extreme Metal. Genre ini muncul belakangan pada era 2000'an tapi sudah menunjukkan ciri-cirinya melalui band-band seperti Deadguy, Earth Crisis dan Intergrity sejak era 90'an.
Musik metalcore memiliki ciri khas berupa gitar dituining drop D sampai C, menggunakan hardcore scream dan death growl (juga didampingi clean vocal pada band-band sekarang), penggunaan Breakdown dan Biasanya bassist mengikuti gitar rhythm.

#Deathcore adalah penggabungan dari dua jenis musik yaitu metalcore dan death metal.
Walaupun menjadi sub-genre Metalcore, deathcore sangat dipengaruhi oleh aliran death metal modern dalam hal kecepatan, depresi dan pendekatan untuk berhubung dgn kromatik, riff-riff yang berat dan hiruk pikuk (disonansi). Geraman dan teriakan sudah menjadi tradisi yang lazim, sering digabungkan dengan vokal Metalcore. Deathcore banyak memiliki waktu jeda dan riff-riff merdu yang biasa ada di aliran Metalcore.
Deathcore kadang-kadang stem gitar dari drop D sampai B (tergantung apresiasi musik itu sendiri). Biasanya tipe ritmik chord-chord pentatonik. Melodinya pun berkarakter, dari yang kromatik biasa sampai arpeggios.

#Death metal adalah sebuah sub-genre dari musik heavy metal yang berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an. Beberapa ciri khasnya adalah lirik lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian, ritme gitar rendah (downtuned rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas dinamis. Vokal biasanya dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt) atau geraman maut (death growl). Teknik menyanyi seperti ini juga sering disebut "Cookie Monster vocals".

Beberapa pelopor genre ini adalah Venom dengan albumnya Welcome to Hell (1981) dan Death dengan albumnya Scream Bloody Gore (1987). Death metal kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh band-band seperti Cannibal Corpse, Morbid Angel, Entombed, God Macabre, Carnage, dan Grave.

Kemudian era 2000'an, Death Metal berkembang sangat pesat. Banyak band-band jebolan aliran death metal menjadi pembaharu dalam musik metal. Band-band tersebut antara lain Inhuman Dissiliency, Disavowed, Viraemia, Hiroshima Will Burn, Amon Amarth, Inveracity, The Berzeker, Dying Fetus, Condemned, dan masih banyak lagi.

Di Indonesia, genre ini diawali pergerakan dan perkembangan-nya di tahun 1990-an dengan band thrash metal Rotor di Jakarta. Pergerakkan utama Death Metal Indonesia berasal dari munculnya inisiatif oleh band Grindcore asal Malang, Rotten Corpse, yang menggarap untuk pertama kalinya (yang diketahui) musik Death Metal. Kemunculan dan permainan Rotten Corpse akan Death Metal merupakan pertanda dari lahirnya sebuah individu musik baru, bernama Death Metal. Beberapa band pioneer Death Metal lainnya di daerah lain, seperti Trauma dari Jakarta , Insanity dan Hallucination dari Bandung, Death Vomit dari Jogjakarta , Slow Death dari Surabaya, kemudian berkembang dengan band-band yang dianggap sebagai senior karena pengalamannya masing-masing seperti: Disinfected, Ancur, Plasmoptysis, dan Jasad dari Bandung, Siksa Kubur , Funeral Inception dari Jakarta dan Cranial Incisored Yogjakarta dan Semarang Grind Buto. Abysal. R.O.H, Blast Torment dari Padang,Total Rusak dari Bukittinggi, dan Praying For Suicide Tragedy dari Bukittinggi.

Perkembangan musik Death Metal di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik. Diantaranya terusulkannya suatu forum pusat dari pecinta Death Metal Indonesia, yang bernama forum Death Metal Indonesia, yang bernama Indonesian Death Metal atau disingkat IDDM. Kemudian juga muncul Indogrind.net, GUBUG RIOT, staynocase, dan lainnya. Saat ini, band-band baru Death Metal akan menyuarakan 'suara-suara maut' dalam event metal. Band-band Death Metal di Indonesia sekarang antara lain Dynasty of Waru, Bad Habit, Asphyxiate, Bleeding Corpse, Death Vomit, Kill Harmonic, Grind Buto, Infected Voice, Brain Ass, Hatestroke, Sickmath dan sebagainya.

Perkembangan Death Metal Indonesia setelah terciptanya IDDM, merupakan sebagai indikasi dan peresmian kelompok-kelompok Death Metal di seluruh wilayah Indonesia untuk go on public atau menunjukkan diri mereka masing-masing pada publik. Seperti pada saat ini, banyak sekali kelompok/komunitas Death Metal Indonesia di wilayah mereka masing-masing yang sudah menunjukkan diri mereka di Internet. Komunitas-komunitas tersebut masih merupakan bagian dari Indonesian Death Metal/IDDM. IDDM merupakan salah satu web penghubung yang menjadi tempat bertukar pikiran maupun aspirasi hingga media untuk iklan / promosi album maupun merchandise. Komunitas-komunitas tersebut diantaranya adalah Malang Death Metal Force, Bandung Death Metal, Bekasi HORDE! Death Metal, Jogjakarta Corpse Grinder, Magelang Death Metal Militia, Sukoharjo Death Metal, Semarang Death Metal, Bali Death Metal sampai Samarinda Death Metal dan masih banyak lagi komunitas di seluruh Indonesia.

Beberapa subgenre death metal:

* Technical death metal - Death Metal yang dikembangkan dengan nada-nada diatonis, merupakan perkembangan dari musik Death Metal ke yang lebih kompleks. Seringkali diasosiasikan sebagai penggabungan antara death metal dengan progressive rock dan jazz fusion.
* Melodic death metal - heavy metal dicampur dengan beberapa unsur Death Metal, misalnya death growl dan blastbeat
* Progressive death metal - gabungan antara death metal dan progressive metal
* Brutal death metal - Brutal Death Metal merupakan perkembangan dari Death Metal itu sendiri. Brutal Death Metal merupakan salah satu perkembangan yang berhasil menghasilkan perkembangan lagi di genre Death Metal. Brutal Death Metal menghasilkan Slamming-Gore Brutal Death Metal, Slamming-Groove Technical Brutal Death Metal, Slamming Goregrind, dan lainnya.
* Deathcore - gabungan antara metalcore/groove metal dengan death metal, merupakan genre Death Metal yang lebih menjurus kepada musik Post Hardcore.
* Death/Doom - gabungan antara doom metal dan death metal
* Blackened death metal - Blackened Death Metal merupakan usul-usul yang dilakukan oleh band-band Death Metal yang ingin menggabungkan kembali unsur Black Metal pada Death Metal seperti yang terjadi pada Era Pertama Death Metal, di mana Death Metal masih tercium bau-bau Black Metal.

POWERSLAVES

Powerslaves adalah sebuah band yang membawakan musik Rock and roll dan Blues.
Band ini berdiri sekitar April 1991 di kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, diawali pertemuan Anwar Fatahillah (bass) dengan Heydi Ibrahim (vokal) yang memiliki kecocokan dalam konsep musik. Setelah merekrut personel pendukung lainya yaitu Kolem (gitar), Randy (gitar), Vidi (drum), dan Wiwiex Soedarno (kibor), akhirnya band Powerslaves pun berdiri dengan kekuatan yang solid.
Nama "Powerslaves" diambil dari ensiklopedia yang artinya "Sekelompok tentara Nabi Musa yang memiliki kekuatan dari dalam". Tapi, bagi mereka ada penjabaran khusus, yaitu kekuatan untuk menghasilkan musik keras tetapi tetap harmonis. Kekuatan musik Powerslaves adalah musik rock yang harmonis. Maka, tak heran banyak kalangan yang mengatakan saat itu, Powerslaves adalah terjemahan musik dari band top dunia, Guns N' Roses, Aerosmith, Rolling Stones dan Led Zeppelin.
Powerslaves mulai terkenal di industri musik Indonesia setelah merilis album pertama yang berjudul "Metal Kecil" pada tahun 1994 dan menghasilkan hit single "Impian". Hingga tahun 2004, Powerslaves telah menghasilkan 5 album. Namun, hingga saat ini nama Powerslaves tidak lagi terdengar merilis album baru di industri musik Indonesia, setelah keluarnya Andrian Franzzy (Guitar) yang bergabung dengan Boomerang, Edith Edot atau Edouard Soebijarso (Keyboard) sebagai additional player dan recording engineer di Legend@Studio, sebuah recording studio milik Ahmad Dhani leader dari Dewa 19. Dan paling terakhir adalah Agung Yudha Asmara (Drummer) yang juga bergabung bersama Dewa 19 di tahun 2007, menggantikan posisi Tyo Nugros sebagai drummer.
Di tahun 2010 Powerslaves mencoba bangkit dengan merilis mini album dengan single hit Jangan Kau Mati. Personil tetap Powerslaves 2010 adalah : Heydi Ibrahim (Vokal), Anwar Fatahillah (Bass), Acho Jibrani (Guitar) dan Wiwiex Soedarno (kibor) ditambah beberapa personil sebagai additional player.

Metalheads

Buatku metal itu ada pada jiwa kita,bukan dari fashion.Dengan rambut botak pun jadi,kalo rambut gondrong lebih sadis (tapi aku orangnya malas keramas tiap hari..hahahaiiii).Sekarang sudah bukan jaman nya lagi metalheads berpakaian extreme (nanti disangka mau nakut2in ayam tetangga malahan) cukup pakai kaos dan celana pendekpun kita bisa menjadi metalheads sejati.