Power Slaves - Grup musik asal Semarang, Power Slaves yang pernah
berjaya era 1990-an mencoba bernostalgia menyapa para penggemarnya
di kampung halaman, dalam konser di Liquid Cafe Semarang,
Sabtu.
Penampilan grup musik yang diawaki oleh Heidy Ibrahim (vokal),
Anwar Fatahillah (bass), dan Acho Jibrani (gitar) itu sepertinya
sangat dinanti terlihat dari ratusan penonton yang rela dan
antusias menunggu band kesayangannya itu tampil.
Power Slaves memang telah lama vakum setelah meluncurkan album
kelima "Gak Bisa Mati" pada 2004 sehingga penampilannya itu
seolah-olah menjadi ajang kangen-kangenan dengan kota yang telah
membesarkan namanya.
Sesuai dengan nuansa nostalgia dengan kota asalnya, Power Slaves
langsung meluncurkan tembang bertajuk "Semarang" untuk mengawali
penampilannya kali itu, disusul dengan tembang bertajuk "Sisa" dan
"Matahari".
Heidy, sang vokalis dengan suara khasnya yang melengking ternyata
tak kehilangan pesonanya meski lama tak tampil, dan masih sanggup
mengoyak adrenalin penonton dengan tembang beraroma rock klasik
yang teramat kental.
Tak mau kalah, Acho tampil atraktif dengan memamerkan kebolehannya
memoles gitar menghasilkan melodi melengking-lengking nan menyayat
khas band rock lawas, dipadu betotan bass Anwar yang terlihat
tampil lebih kalem.
Beberapa penonton terlihat merangsek ke depan panggung untuk bisa
menyaksikan penampilan band bentukan 1991 itu lebih dekat dan Heidy
menyambutnya dengan hangat seraya melontarkan prolog sebelum
bernyanyi.
"Terima kasih atas kesetiaannya selama ini pada Power Slaves.
Terima kasih Semarang, ayo semangat," kata sang vokalis yang
membuat semakin banyak penonton maju ke depan panggung, bahkan ada
penonton yang membentangkan spanduk.
Tiga personil Power Slaves yang berpenampilan sangar dengan rambut
gondrong, dibantu beberapa pemain `additional` tak sanggup meredam
antusiasme penonton menyaksikan aksi band kesayangannya menyanyikan
lagu-lagu andalannya.
"Jangan Kau Mati", tembang teranyar Power Slaves dihadirkan dengan
nuansa melankolis, disusul dengan serentetan tembang lawas berjudul
"Andaikata", "Insiden Mie", dan "Find Our Love" yang disambut
penonton dengan tepuk tangan meriah.
Antusiasme penonton semakin memuncak ketika band yang tengah
merilis album baru itu menyanyikan tembang berjudul "Malam Ini"
yang pernah sangat populer dan menyambutnya dengan tepuk tangan dan
sorak-sorai.
"Bagaimanapun juga, kami tak mungkin melupakan Kota Semarang,
karena kami besar dari kota ini. Semarang adalah kota asal kami,"
kata Heidy, seraya mengaku mereka tengah merilis mini album
perpaduan tembang lawas dan anyar.
Power Slaves tampil menyanyikan sekitar 13 lagu, termasuk "Amoral",
"Father `n Son", "Impian", dan mengakhiri penampilannya selama
sekitar 1,5 jam itu dengan menyuguhkan satu tembang pamungkas
berjudul "Metal Kecil"
ingin tau lebih dalam tentang band powerslaves kunjungi www.keretarocknroll.com
Menu
- MUSIC
Kamis, 17 Maret 2011
Lagu Kok Di Eja.....By Powerslaves
Jakarta - Band yang ngetop di tahun 90-an, Powerslaves kembali meramaikan blantika musik indonesia lagi dikarenakan Fans-fans fanatik mereka masih setia dengan Band Rock n Roll ini. Mereka pun bicara tentang iklim band zaman sekarang.
Belakangan musik Indonesia dihujani band-band pendatang baru. Tak dipungkiri 70% dari mereka mengusung aliran musik Melayu juga membawakan lagu cinta mendayu-dayu mirip orang nangis....hahahahahaiiiii. Hal tersebut menjadi pembahasan menarik bagi pelaku musik lawas.
"Lagu kok dieja. Kita sudah dininabobokan dengan sesuatu yang absurb. Sampai nggak tahu harus apa dengan lagu ini. Sekarang semua band nadanya sama, intonasinya sama, range-nya sama. Sampai fals-nya sama," ujar Heydi Ibrahim sang vokalis ketika menyambangi studio Detikhot, Jl Warung Jati Barat, Jakarta Selatan..
Kerap kali Anwar Fatahillah sang bassis Powerslaves juga melihat band-band baru dengan peralatan super canggih. Namun dengan peralatan maksimal tersebut, ternyata si pemain justru hanya memainkan nada-nada standar. Kebanyakan anak band baru bergaya rock n roll tanpa paham benar apa itu makna dan soul rock n roll.
Bagi Powerslaves rock n roll adalah sebuah sikap. Hanya dengan menenteng gitar akustik dan bermodal suara, jika Anda sudah bisa bernyanyi dengan benar, rock n roll akan tumbuh sendirinya tanpa harus banyak gaya.Karene rock n roll itu berada di jiwa bukan dialat musik.
"Kadang mereka belum paham sama apa (alat) yang dia mainin. Mereka belum tahu apa itu rock n roll tapi bergaya seperti itu," tutur Anwar.
"Kalau saya pribadi. You can play music tanpa atribut seabreg. Tanpa sepatu Anda bisa main baik dan benar. Saya curiga apa ini main rock n roll ala bu guru sehingga dieja," tandas Heidi.
Band yang pernah mempopulerkan lagu 'Malam Ini' itu akhirnya menyikapi bermunculannya band-band baru dan musik Melayu sebagai proses. Bagi mereka, fase tersebut mungkin memang harus dialami musik Indonesia.
"Saya antara gemes dan berusaha untuk mengerti semua. Cuma ya kadang suka berkecamuk," jelas Heydi.
Setelah lima tahun tanpa karya baru, kini Powerslaves mencoba bangkit kembali. Mereka merilis mini album bertajuk 'Jangan Kau Mati' dengan single berjudul serupa.Salam kereta rock n roll. (Janu)
Tetap update informasi di manapun dengan www.keretarocknroll.com
Belakangan musik Indonesia dihujani band-band pendatang baru. Tak dipungkiri 70% dari mereka mengusung aliran musik Melayu juga membawakan lagu cinta mendayu-dayu mirip orang nangis....hahahahahaiiiii. Hal tersebut menjadi pembahasan menarik bagi pelaku musik lawas.
"Lagu kok dieja. Kita sudah dininabobokan dengan sesuatu yang absurb. Sampai nggak tahu harus apa dengan lagu ini. Sekarang semua band nadanya sama, intonasinya sama, range-nya sama. Sampai fals-nya sama," ujar Heydi Ibrahim sang vokalis ketika menyambangi studio Detikhot, Jl Warung Jati Barat, Jakarta Selatan..
Kerap kali Anwar Fatahillah sang bassis Powerslaves juga melihat band-band baru dengan peralatan super canggih. Namun dengan peralatan maksimal tersebut, ternyata si pemain justru hanya memainkan nada-nada standar. Kebanyakan anak band baru bergaya rock n roll tanpa paham benar apa itu makna dan soul rock n roll.
Bagi Powerslaves rock n roll adalah sebuah sikap. Hanya dengan menenteng gitar akustik dan bermodal suara, jika Anda sudah bisa bernyanyi dengan benar, rock n roll akan tumbuh sendirinya tanpa harus banyak gaya.Karene rock n roll itu berada di jiwa bukan dialat musik.
"Kadang mereka belum paham sama apa (alat) yang dia mainin. Mereka belum tahu apa itu rock n roll tapi bergaya seperti itu," tutur Anwar.
"Kalau saya pribadi. You can play music tanpa atribut seabreg. Tanpa sepatu Anda bisa main baik dan benar. Saya curiga apa ini main rock n roll ala bu guru sehingga dieja," tandas Heidi.
Band yang pernah mempopulerkan lagu 'Malam Ini' itu akhirnya menyikapi bermunculannya band-band baru dan musik Melayu sebagai proses. Bagi mereka, fase tersebut mungkin memang harus dialami musik Indonesia.
"Saya antara gemes dan berusaha untuk mengerti semua. Cuma ya kadang suka berkecamuk," jelas Heydi.
Setelah lima tahun tanpa karya baru, kini Powerslaves mencoba bangkit kembali. Mereka merilis mini album bertajuk 'Jangan Kau Mati' dengan single berjudul serupa.Salam kereta rock n roll. (Janu)
Tetap update informasi di manapun dengan www.keretarocknroll.com
Langganan:
Postingan (Atom)